Minggu, 30 Mei 2010

Mei, Inflasi Diyakini Tetap Rendah

JAKARTA - Inflasi Mei 2010 diperkirakan masih rendah meski sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Sepanjang Mei nyaris tidak ada kenaikan signifikan pada sejumlah harga yang biasa memicu inflasi.

Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan, dari sisi pasar, tidak ada kenaikan harga yang berarti. Seandainya ada tekanan inflasi pada Mei, lebih disebabkan kenaikan harga cabai hijau dan bawang merah, namun tidak terlalu signifikan. Selain itu inflasi didorong oleh pasokan beras yang mulai berkurang karena masa panen raya sudah berakhir. "Sekarang inflasi tergolong stabil dan rendah," ujarnya di Jakarta.

Lebih lanjut Ryan menjelaskan, rendahnya inflasi juga disebabkan penurunan harga minyak dunia dari USD80 menjadi USD75 per barel. "Kalau harga minyak melebihi USD80 per barel inflasi kita bisa di atas 5 persen," jelasnya.

Indonesia,sambung Ryan, juga diuntungkan karena sepanjang Mei tidak terjadi bencana alam dan harga pasar sangat terkendali. Kemungkinan terjadi perlambatan perekonomian dunia akibat krisis Yunani, juga mengurangi tekanan terhadap inflasi. Meski sempat melemah, nilai tukar rupiah juga tetap terkendali sehingga tidak memberi tekanan terhadap harga.


Dia memperkirakan, tingkat inflasi Mei ada di kisaran 0,2-0,3 persen, sedikit naik dibandingkan April 2010 sebesar 0,15 persen. "Inflasi paling moderat biasanya terjadi pada saat lebaran, natal dan tahun baru, bisa mencapai 0,5 persen," tuturnya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan sebelumnya mengatakan, inflasi pada bulan ini diperkirakan mencapai 0,1-0,2 persen. "Mei hampir dipastikan terjadi inflasi," ujarnya.

Dia mengungkapkan, bahan pangan seperti beras masih menjadi penyumbang inflasi lantaran harganya belum turun. "Beras mulai ada gerakan naik lagi,sehingga beras tidak memberi sumbangan deflasi sekarang," katanya.

Selain beras,bahan kebutuhan pokok lain seperti cabe merah dan bawang merah turut menjadi penyumbang inflasi. Meski demikian, harga bahan kebutuhan pokok seperti cabe rawit dan minyak goreng mulai turun. Menurut Rusman, merangkak naiknya harga beras sejalan dengan pasokan yang mulai berkurang. Selain itu,harga bawang merah dan cabai diperkirakan naik lantaran stoknya berkurang di tengah kondisi musim hujan.

Selama April 2010 lalu, BPS mencatat tingkat inflasi sebesar 0,15 persen.Ini membuat inflasi Januari- April 2010 (year to date) hanya 1,15 persen, sedangkan inflasi tahunan (year on year) 3,91 persen. Dengan angka tersebut, BPS menyakini inflasi selama 2010 berada dalam target pemerintah,yaitu 5,3 persen.

Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Ekonomi Purbaya Yudhi Sadewa memperkirakan, inflasi bulanan (month to month) pada Mei mencapai 0,28 persen, sehingga inflasi tahunannya menjadi 4,15 persen. Mulai berkurangnya dampak musim panen terhadap harga pangan, membuat tekanan inflasi lebih besar dari bulan sebelumnya. "Tapi, inflasi bulan ini masih terhitung rendah," katanya.

Dia memperkirakan, inflasi hingga akhir tahun tidak lebih dari 6 persen. Meski kemungkinan ada kenaikan tarif dasar listrik (TDL), dampaknya tidak terlalu signifikan terhadap inflasi. Sementara mengenai rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk kendaraan bermotor, menurut Purbaya, masih terlalu dini untuk menghitung dampak dari wacana tersebut.

Berbeda dengan Purbaya, ekonomi INDEF Ahmad Erani Yustika menilai inflasi Mei akan mencapai angka 0,5 persen yang bersumber dari kenaikan permintaan tapi tidak diiringi dengan kenaikan pasokan dalam jumlah yang proporsional.

Misalnya pada sektor properti, perdagangan, dan transportasi yang menjadi penyumbang inflasi cukup besar. Apalagi, mulai Juni akan masuk kemarau yang mengganggu produksi pertanian. Turunnya rupiah juga menyumbang inflasi, tapi tidak terlalu besar proporsinya.

"Sampai Mei sumbangan inflasi tetap dari sisi nonmoneter.Ke depannya, selain bahan makanan, kenaikan harga gas dan tarif listrik juga menjadi pemicu inflasi," ucapnya.(Bernadette Lilia Nova/Koran SI/wdi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar